Luwu Utara — Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Luwu Utara bersilaturahmi di kediaman Saltima Ri’pi Tangjong (SRT) di Hombes, Kecamatan Tana Lili, Selasa (1/10/2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat eksistensi GMNI sebagai agent of change di kalangan mahasiswa.
Ketua GMNI Luwu Utara, Muh. Ari Fahmi, menjelaskan bahwa silaturahmi ini sebagai wadah diskusi akademis tentang konsep kebhinekaan, yang penting untuk mendukung pengembangan dan penerapan doktrin Marhaenisme di Luwu Utara.
“Pertemuan ini menjadi kesempatan untuk menjalin hubungan dan melakukan pengkajian tentang pemulihan nama baik Bung Karno,” ujar Fahmi sapaan akrab ketua DPC GMNI Luwu Utara kepada awak media, Sabtu (5/10/2024).
Fahmi menyoroti pentingnya sosialisasi mengenai Surat Keputusan (SK) yang menyatakan tidak berlakunya TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967.
“Keputusan ini menghapus stigma negatif yang menuduh Bung Karno berperan dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) dan membangkitkan kembali pengaruh positifnya,” ucapnya.
Fahmi menambahkan bahwa penting untuk meluruskan narasi negatif tentang Bung Karno di kalangan masyarakat Luwu Utara.
“Sejarah menunjukkan bahwa ada gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DII/TII) yang menentang kepemimpinan Bung Karno. Namun, kita perlu menyampaikan fakta yang benar untuk pemulihan nama baiknya,” tegasnya.
Fahmi juga mengingatkan generasi muda akan kedekatan Kedatuan Luwu dengan NKRI di era kepemimpinan Sukarno, terutama pada masa kepemimpinan Andi Djemma, yang memperkuat integrasi wilayah Luwu ke dalam Republik Indonesia (RI).
“Andi Djemma menginisiasi pergerakan untuk mempertahankan kemerdekaan dan rela mengorbankan tahta demi rakyat,” tuturnya.
Ketua GMNI Luwu Utara itu menegaskan komitmennya dalam mengagungkan gagasan Marhaenisme sebagai wujud sosialisme Indonesia.
“Kader GMNI akan terus berjuang menjaga kebhinekaan dan kemajemukan yang menjadi kekayaan Luwu Utara,” pungkasnya.
Silaturahmi ini menjadi momen penting bagi GMNI dan SRT yang memiliki visi serupa, mengingat sosok SRT dikenal sebagai figus yang merakyat dan nasionalis, sejalan dengan nilai-nilai watak kerakyatan GMNI.