Oleh: Agung Prayogi, ST
Terlalu membela “gus” mu sebagai junjungan? membela klub sepakbola kesukaan mu sampe gontok-gontokan di media sosial? hati-hati mungkin anda ada gejala sakit jiwa.
Hal-hal tersebut dapat dijelaskan dengan sebuah kondisi yang para ahli sering sebut sebagai parasocial relationship disorder. Kondisi di mana anda merasa memiliki ikatan emosional berlebih dengan tokoh masyarakat, artis, atlet atau apapun di luar diri anda, yang sebenarnya tidak memiliki kaitan apapun.
Beberapa waktu yang lalu, kita dihadapkan dengan kejadian seorang tokoh pemuka agama (katanya) yang menghina seorang pedagang es teh. Media sosial seketika menjadi heboh, ada yang menghujat karena sang tokoh dianggap telah melanggar norma dan etika, tetapi ada juga yang membela mati-matian dengan berbagai narasi.
Narasi yang disampaikan sang pembela juga bermacam – macam, dari yang tidak masuk akal hingga sampai cacat logika, sehingga saat membaca pembelaan mereka IQ kita terasa turun sepuluh tingkat, mind blowing, membagongkan, dan merasa dungu seketika.
Jika kita amati, hal itu bukan hanya terjadi pada tokoh-tokoh pemuka agama saja, tetapi juga atlet, klub sepakbola, dan artis-artis Korea Selatan, ups. Hehe. Pertikaian yang terjadi antara persija dan persib yang sudah memakan banyak korban, atau perdebatan tiada akhir siapa pemain sepak bola terbaik sepanjang masa antara Cristiano Ronaldo, Lionel Messi atau Budi Sudarsono. Hehe.
Kejadian yang juga menjadi sejarah abadi tak terlupakan, tentang pengguna X (twitter) yang melantik dirinya sendiri sebagai perwakilan Na Jaemin dan Huang Renjun (personel kelompok boyband), mengaku punya dosen seorang kader Golkar, dan mengancam untuk memenjarakan seorang pemilik akun X lain, hanya karena berbeda pandangan soal artis junjungannya.
Kita tentu masih ingat, saat Jefri Nichol seorang pemeran dan model tertangkap dan terbukti sebagai pengguna narkoba, ramai-ramai akun X BWKHKS (Barisan Wanita Kesepian Haus Kasih Sayang) yang mendukung, menyemangati, dan memaklumkan apa yang diperbuatnya. Sangat berbanding terbalik saat Coki Pardede seorang komika tertangkap. Dihina, disyukuri, dan ditertawakan. “akan ku bantu lay” kata Coki saat digrebek di indekosnya.
Padahal, jika anda gunakan akal sehat, hal-hal di luar diri anda tersebut tidaklah memiliki keterkaitan dalam hidup anda, apakah saat junjungan anda menjadi semakin terkenal atau klub kesayangan anda juara liga Champions sepuluh kali berturut-turut, anda akan mendapat makan siang gratis seumur hidup? atau kupon belanja gratis kopi golda dan rokok surya seumur hidup di indomaret? atau mungkin otomatis akan diangkat jadi PNS?
Menurut Dr. Borland dari Cleveland Clinic, parasocial relationship disorder adalah hubungan sepihak atau ikatan dengan seseorang yang sebenarnya tidak anda kenal secara langsung, seperti selebriti, atau bahkan karakter fiktif seperti tokoh dalam buku favorit atau kartun.
Akal sehat tidak lagi dapat bekerja, walaupun junjungan anda melakukan kesalahan, seperti melanggar norma, terlibat skandal seksual, terbukti sebagai pengguna narkoba, tetap saja anda akan dengan setia merasa junjungan anda melakukan hal yang benar.
Tindakan tersebut disinyalir merupakan pelarian sang penggemar atas realitas kehidupannya yang tak sesuai dengan yang diharapkannya, dan merasa terpuaskan dengan idolanya, dengan menyertakan diri mereka di dalam kehidupan idolanya yang dianggapnya sukses.
Dikutip dari thephrase.id, dalam kasus parah, beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengembangkan gangguan ini meliputi:
- Kesepian dan Keterasingan Sosial: Individu yang merasa kesepian atau terasing mungkin mencari pelarian melalui hubungan parasosial sebagai bentuk kompensasi emosional.
- Kehilangan atau Trauma: Orang yang mengalami kehilangan atau trauma mungkin membangun hubungan parasosial sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit dan menemukan kenyamanan.
- Pengaruh Media dan Budaya Pop: Paparan media dan budaya pop yang terus-menerus dapat memperkuat ikatan emosional penggemar dengan idola mereka, memperbesar kemungkinan berkembangnya gangguan ini.
Jadi jika di kemudian hari kita menemukan orang yang membela junjungannya hingga melewati batas wajar, tak dapat terlogikakan, di luar nurul, lebih baik kita diam atau blokir akunnya. Atau rupanya anda yang memiliki kecendrungan gangguan seperti yang kita bahas di atas tadi, segeralah pergi ke psikolog, psikiater, atau ke Indomaret beli kopi Golda dan rokok Surya. Hehehe.
Mengidolakan seseorang atau sesuatu merupakan hal yang wajar, asalkan tetap dalam batasan, obsesi dapat membahayakan diri kita, nikmati karyanya jika memang kita suka, dan tetap sadar bahwa idola anda manusia biasa yang pasti tak luput dari kesalahan. Paling penting, hindari untuk meletakan kebahagiaan anda kepada Idola anda.
Ingat, jaga kesehatan mental mu.